HUTAN KOTA MALABAR SEBAGAI HUTAN PENDIDIKAN DI KOTA MALANG

Pada tanggal 4 April 2016 Walikota Malang dengan didampingi Ketua Tim Penggerak PKK Kota Malang dan Presiden Direktur PT Amerta Indah Otsuka meresmikan hutan kota Malabar yang berlokasi di Jalan Ijen menjadi Hutan Pendidikan.   Tujuan diresmikan hutan kota Malabar adalah sebagai sarana pembelajaran bagi masyarakat untuk mengenal jenis pohon dan tumbuh-tumbuhan, selain itu untuk memperbaiki iklim mikro dan pelestarian ekosistem lingkungan sehingga penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) bagi masyarakat kota Malang semakin terpenuhi. Read More..

Ruang Terbuka Hijau sangat penting sebagai paru-paru kota yang berfungsi menjaga suhu kota yang sejuk, mengurangi kandungan polusi di udara dan menjadi area resapan air.  Selain itu dengan adanya hutan pendidikan Malabar seluas 16.718 m2 yang dibangun dengan dana CSR dari PT Amerta Indah Otsuka ini diharapkan dapat mengembalikan Malang sebagai kota bunga dan kota yang sejuk, hal ini sesuai dengan komitmen Pemerintah Kota Malang terhadap pemenuhan kebutuhan RTH perkotaan sebesar 20 % Ruang Terbuka Hijau Publik dan 10 % Ruang Terbuka Hijau Privat sesuai Undang-Undang nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.  Selain itu dengan peresmian hutan pendidikan Malabar diharapkan dapat mewujudkan lingkungan yang kondusif bagi kehidupan yang sehat dan mampu memicu produktifitas serta menumbuhkan perekonomian masyarakat.

 

Di jalan Malabar, kelurahan Oro-oro Dowo kota Malang memang sejak dulu terdapat ruang terbuka yang pohon-pohonnya dibiarkan tumbuh tinggi sampai menyerupai hutan. Tidak terawat karena tumbuhnya liar tak beraturan, sebagian ada yang tidak ditumbuhi pohon juga. Tempat ini difungsikan sebagai daerah resapan, dan tempat bermain anak-anak di sekitarnya. Namun sejak tahun 2013 mulai digalakkan penghijauan, sejak itulah peran serta masyarakat dan perguruan tinggi mulai menggalakkan penanaman pohon di situ. Hingga jumlah pohon saat ini berkisar 1500 pohon yang beraneka macam jenisnya. Sejarah Hutan Kota Malabar terpampang di lokasi itu. Bangku tempat beristirahat, kolam reservoir, beberapa tempat sampah (dok pri) Bangku tempat beristirahat, kolam reservoir, beberapa tempat sampah (dok pri) Pohon-pohon itu mulai tumbuh subur dan rapat di sana, sampai suatu saat PT Amerta Indah Otsuka menawarkan dana CSR (Corporate Social Responsibility) untuk merevitalisasi Hutan Kota Malabar. Pada awalnya muncul pro – kontra atas rencana ini. Salah satunya adalah kekhawatiran berubahnya fungsi Hutan Kota Malabar, yaitu terjadi pemotongan pohon dan dihapusnya ruang resapan air. Akibatnya rencana revitalisasi sempat terhenti beberapa saat. Sampai akhirnya kesepakatan dapat dicapai, revitasilasi dilanjutkan. Pada 4 April 2016 yang lalu, Hutan Kota Malabar diresmikan oleh Walikota Malang Abah Anton bersama jajaran PT Amerta Indah Otsuka. Jalan berpaving dari Plasa 2 1 ke Plasa 2, suasana hutannya terasa sekali. (dok pri) Jalan berpaving dari Plasa 2 1 ke Plasa 2, suasana hutannya terasa sekali. (dok pri) Dari pantauan saya, Hutan Kota Malabar justru terkesan terawat sekarang. Lokasi ini jadi mempunyai nilai lebih dibandingkan sebelumnya. Adanya papan nama Hutan Kota Malabar sungguh menarik kunjungan masyarakat yang melewatinya. Jalanan paving stone membuat pengunjung nyaman melewati kawasan Hutan Kota Malabar dan tidak merusak tanah. Kolam resapan air masih ada di bagian belakang. Ada dua plasa di lokasi ini, sebutan untuk bundaran yang dijadikan pusat titik temu. Tempat sampah tersedia di berbagai sudut lokasi. Tersedia pula bangku-bangku untuk pengunjung duduk dan jogging track untuk yang berolah raga. Lampu-lampu juga dipasang di lokasi ini. Andai tidak ada revitalisasi Hutan Kota Malabar, saya yakin masyarakat hanya akan lewat saja di sekelilingnya. Tak akan ada interaksi antara tempat itu dengan manusia. Sekarang kita bisa menikmati sensasi hutan dengan berjalan-jalan di lokasi itu. Sebelum ada revitalisasi kesannya kumuh, seram. Setelah revitalisasi, Hutan Kota Malabar menjadi punya daya tarik untuk dikunjungi dan punya nilai manfaat lebih. Memasuki kawasan Hutan Kota Malabar benar-benar merasakan seperti berada di hutan, namun tidak seram. Masyarakat juga bisa menuai manfaat sebagai tempat olah raga, relaksasi, edukasi dan rekreasi. Lokasi Plasa 1, rindang di tengah pepohonan. (dok pri) Lokasi Plasa 1, rindang di tengah pepohonan. (dok pri) Sebagian pepohonan di sana diidentifikasi dan diberi label nama. Tetapi ternyata juga tak luput dari tangan jahil yang mencopot papan namanya. Itulah tantangan bagi pengelola. Harus ada pengawasan dan perawatan berkelanjutan. Masih rendah kesadaran sebagian masyarakat untuk berperan serta menjaga fasilitas umum. Saya mendengar dari siaran radio di Malang yang beberapa waktu yang lalu menampung keluhan masyarakat akan rusaknya alat-alat permainan yang dipasang di taman-taman kota. Ada juga keluhan taman kota dijadikan tempat pacaran di malam hari. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terpaksa dipasang lampu-lampu untuk menerangi. Padahal lampu-lampu itu kurang baik pengaruhnya bagi tumbuhan dan hewan di sekitar taman. Saat ini cukup banyak taman kota di Malang yang juga direvitalisasi dengan dana CSR. Pengawasannya masih sangat diperlukan, sebab tanpa pengawasan dalam waktu singkat bisa terjadi ada barang yang dicuri atau dirusak. Di sinilah dibutuhkan kesadaran dari masyarakat Malang khususnya untuk bisa ikut serta merawat dan menjaga fasilitas tersebut. Tak guna, bila kita hanya membangun, merevitalisasi, tetapi tidak diimbangi dengan mental masyarakatnya untuk bisa saling menjaga dan merawat. Manfaatnya hanya diperoleh diawal saja, kemudian terbengkalai lagi. Papan nama tertancap di depan pohon, papan nama yang telah dirusak tangan jahil, manfaat kolam reservoir di Hutan Kota Malabar (dok pri) Papan nama tertancap di depan pohon, papan nama yang telah dirusak tangan jahil, manfaat kolam reservoir di Hutan Kota Malabar (dok pri) Hutan Kota Malabar hanya seluas 16.178 m2. Tetapi rimbunnya pepohonan yang ada di sana membawa pengunjung berada di suasana hutan. Hutan di tengah kota ini jelas merupakan paru-paru kota. Adanya kolam reservoir di sana bisa menjadi tempat penampungan air hujan, serta menampung air dari daerah Oro-Oro Dowo, sekaligus airnya sebagai tempat minum bagi satwa di sekitarnya. Bila sebelum revitalisasi, lokasi itu seolah terpisah dari manusia, sekarang bisa menyatu dengan masyarakat Malang. Keberadaan hutan kota ini akan menumbuhkan rasa cinta dan kesadaran masyarakat akan pentingnya ruang terbuka hijau. Sensasi hutan kota ini membuat kita merasa rileks saat berada di sana, teduh berada di bawah pepohonan yang tinggi. Suara-suara burung beraneka macam serasa menggelitik batin. Denah Hutan Kota Malabar bisa menjadi petunjuk pengunjung untuk mengetahui arah yang dilewati. Petunjuk mengenai manfaat berlari pagi juga terpampang di dekat pintu masuk dari arah Jalan Malabar. Toilet pun tersedia sebagai fasilitas bagi pengunjung, namun area bermain tidak tersedia di sini. Tempat ini memang bukan layak untuk bermain-main bagi anak-anak. Tetapi bagi Anda yang sedang ingin menyepi, mencari inspirasi, belajar bersama di ruang terbuka, menghirup udara segar akan menjadi tempat yang asyik sekali. Masuknya gratis. Denah Hutan Kota Malabar, Pepohonan tinggi saat difoto dari arah bawah, Petunjuk hidup sehat melalui olah raga lari. Selfie berlatar belakang hutan. (dok pri) Denah Hutan Kota Malabar, Pepohonan tinggi saat difoto dari arah bawah, Petunjuk hidup sehat melalui olah raga lari. Selfie berlatar belakang hutan. (dok pri) Sebagai warga Malang, kiranya patut bersyukur karena sekarang sudah banyak ruang terbuka hijau dalam bentuk taman dan hutan kota yang dibenahi dan dirawat oleh pemkot Kota Malang. Semoga warga juga menjadi sadar akan tanggung jawabnya dalam menjaga kebersihan dan tidak merusak faslitas yang tersedia.


Leave a comment